
”Sungguh di antara sekian banyak nikmat itu, cukuplah bagimu Islam sebagai nikmat; di antara sekian banyak kesibukan itu, cukuplah ketaatan kepada Allah sebagai kesibukanmu; dan di antara sekian banyak pelajaran itu, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu.” Demikian salah satu wasiat agung Ali Radhiyallaahu ‘anhu, sebagaimana dinukil oleh Imam a-Nawawi al-Jawi dalam kitabnya, Nashâ’ih al-’Ibâd.
Tentu, kenikmatan apapun tak ada artinya jika seseorang tidak memeluk Islam. Nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat makan-minum, nikmat banyak harta, nikmat memiliki anak-istri, nikmat jabatan, dll tak akan berarti tanpa adanya nikmat Islam. Sebab, semua nikmat itu akan meninggalkan atau ditinggalkan manusia saat ajal tiba. Yang tersisa, jika seseorang itu Muslim, tinggal nikmat Islam, yang akan terus mengiringi seseorang sampai dia menghadap kepada Allah SWT di Hari Akhir nanti. Karena itu alangkah ruginya manusia yang tak memeluk Islam. Alangkah rugi pula orang yang telah memeluk Islam tetapi menyia-nyiakan keberislamannya, tidak berusaha menjadi Muslim sejati, yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.
Selanjutnya, dari nasihat Ali ra. di atas, adalah mengenai ketaatan kepada Allah SWT. Inilah yang seharusnya menjadi kesibukan kita setiap waktu. Dengan itu tak ada waktu lagi bagi kita untuk bermaksiat kepada-Nya.
Terakhir, dari wasiat Imam Ali ra. di atas, adalah pentingnya mengingat mati serta mengambil ibrah (pelajaran) dari setiap kematian. Makin banyak pelajaran yang kita reguk sejatinya makin membuat kita ingat akan mati; makin kita mengingat mati, makin zuhud kita terhadap dunia dan makin bekerja keras kita mempersiapkan amal shalih untuk bekal pasca kematian, yakni saat kita menghadap Allah SWT.